Jumat, 15 Juni 2012

Remah Cinta

Ingin menulis lirik atau phoem yang sedih dan mellow, tapi kenapa sulit ya ? Padahal keadaan sakit hati, menderita itu ada disekitar kita, ga taulah, rasanya bikin hilang nafas saja, seperti tulisanku ini :

"memunguti remah cinta yang terserak diatas lantai kayu, begitulah dia mencukupi hasrat yang semakin hari semakin kerontang, apa itu cukup tanyaku, dia hanya mendongak lalu terus memunguti sisa remah cinta yang tercecer, tidak cukup aku pikir! Sementara kekasihnya lahap memakan cinta yang utuh darinya, cinta yang disajikan diatas piring porselen bergambar mawar merah muda, merekah seindah cinta yang dengan tulus diberikan pada kekasihnya. Hei, lady! Apa itu cukup?!! Raut wajahnya memucat, kerongkongannya tersedak remah cinta terakhir hari itu. Tidak nona, ini tidak cukup, tapi aku hidup dari cintanya, habis naluri mengibaku nona, aku hanya menikmati sisa terakhir, tidakkah kau lihat nona ? Tubuhku memudar.  Ya, tubuhnya memudar, sehingga aku dapat melihat jantung hatinya yang semakin lemah memompa hidup, ya, aku melihat wajah kekasihnya didasar hati wanita ini, hanya wajah kekasihnya yang tidak pudar, remah cinta itu mengkilat membingkai wajah laki laki yang dicintainya, tubuhnya semakin memudar. Lady! Apa yang terjadi?  Lady....! Wanita itu hilang begitu saja! Kuhampiri dia, laki laki itu masih menikmati bagian utuh diatas piring porselen bergambar mawar merah muda. Wajahnya tiba tiba muram buram suram bagai piring kotor yang berkerak. Hei man! Wanitamu hilang! Haaaahhhh, hilang ? Pekiknya seperti derik pintu usang. Hilang ? My Lady hilang ? Lalu siapa yang akan menyuguhkan cinta yang utuh diatas piring porselen ini ? Nona, aku bisa mati tanpa cintanya, nonaaaa, mengapa baru kusadari jika dia begitu berarti, bagaimana dia hilang nona ? Katakan! Dia memudar....memudar ? Apa aku akan memudar juga nona ? Aku ingin memudar, menghilang untuk menemukannya nona. Mengapa baru kusadari artinya bagiku? Aku hanya terdiam bingung, tubuhnya tidak memudar, tubuhnya menjadi pekat dan sangat pekat sehingga jangankan jantung hatinya, wajahnyapun tak dapat kutatap lagi.  Ah!!!! Laki laki!!!! Begitu sulitkah memahami cinta?"

Seindah apa aku memilih kata untuk tulisan diatas, rasanya tetap muram buram suram bagai piring kotor yang berkerak

Published with Blogger-droid v2.0.6

Minggu, 10 Juni 2012

New Stationary to boost my writing desire

Writing board, so I can write everywhere with no worry if there is a table or not

Note book, for write all my lyrics and phoems

Magnetic cards, to stick my memos, designs, photoes etc at my white board so I can easy to create the artwork

Stickers, to make my writing eye catching , so like a food, it will give an appetizer to read my writing

But.....when will you continue writing your book, Veena?

Ahhh hahahaaaaaa, soon after this projects (Single "Sentuh Hatiku Tuhan" and album "Smile For Me") will release and launch


Published with Blogger-droid v2.0.4

Minggu, 03 Juni 2012

Buku Tulis Tipis

Saat aku mulai menulis, aku perlu spot yang bikin nyaman, seperti : comfortable chair, nice view, soft music event in the crowd, also need relaxing tea and sweet cookies, nice weather (little bit cool I prefer).

Selain itu, jika aku menulis dia luar rumah, di cafe misalnya, selain si "Doll Bag"ku lengkap dengan isinya, yang tidak boleh lupa aku bawa itu 74 pinsil warnaku, karena aku lebih suka menulis dengan pinsil 2B, aku suka menggambar ilustrasi ilustrasi yang kalau tidak diwarnai rasanya tidak ada gairah didalamnya

Yes, aku tidak begitu suka menulis langsung di laptopku karena terlalu technology, bukan gaptek (semua bisa dipelajari) tapi aku suka vintage, aku suka tangan yang bersentuhan langsung dengan kertas saat menulis, kadang kotor, kadang jadi kusut, bekas penghapus (pastilah banyak hapusan sebagai aku yang perfectionis), belum lagi bekas rautan, lagi lagi aku suka yang vintage aku tidak suka pinsil yang diisi, aku pilih pinsil yang harus diraut dengan model segitiga bukan bundar, karena bagian datarnya tidak membuat jempolku kebas, tapu disitulah jiwaku aku taruh, diatas kertas didalam buku tulis tipis. Tapi hal lain yang membuat aku tidak suka menulis langsung di laptop adalah cahaya layar monitor suka bikin aku migren, jadi kalaupun harus ditik, aku serahkan saja pada editor, buat apa ada profesi itu kan?

Buku tulis tipis aku pilih karena tidak berat dibawa bawa, sesai satu babak aku bisa fotocopy untuk file dan yang aslinya aku simpan bersama diary diaryky ditempat yang aman pastinya.  Buku tulis tipis jafi gendut, karena foto foto juga aku print diatas kertas sticker lalu aku tempel didalam buku tulis tipisku, huuuummmm I wish bukuku bisa sampai ke pembaca begitu adanya, entah discan atau apalah prosesnya, sejujurnya aku tidak pingin ditik, tapi kan publisher memikirkan ekonomisnya, yah mungkin untuk yang special edition dengan cost production yang mahal, by order maybe.

Masih ada selusin buku tulis tipis yang belum kuisi, mungkin cukup mungkin aku harus beli buku tulis tipis lagi, tunggu aja yaaaaa


Published with Blogger-droid v2.0.4