Ahh…….Aku Selamat
Aku seperti berdiri dilautan darah, lantai kamar mandi yang biru muda bersih sekarang bersimbah darah segar, biasanya tidak begini, biasanya normal-normal saja, tapi … kali ini membuatku takut, bulan ini seperti air kran yang mengocor, aku tidak jadi mandi dan buru-buru berpakaian lagi dan keluar mencari Kiko.
“ Kiko… “
“ Pergi sebentar… Mamah suruh beli udang, kenapa Brit ? “
“ Mah…sepertinya Britney kena demam berdarah, lihat kaki Britney, bercak-bercak merah dan sepertinya ada yang tidak normal, Britney pendarahan “
Aku mengadu pada Mamah mertuaku, saat itu aku dan Kiko sedang menginap di rumah mertuaku di Tanggerang.
“ Pendarahan bagaimana ? “
“ Tidak normal Mah, darahnya keluar seperti kran bocor “
Mamah langsung membawaku ke Rumah Sakit kebetulan Mamah juga harus check darah rutin. Setiba di UGD, dokter langsung mengambil darahku dan Mamah. Tidak lama kami menunggu.
“ Bagaimana hasil darahnya Dok ? “
“ Punya ibu tidak terlalu jelek walau kolestrolnya agak tinggi, justru hasil trombosit anak ibu sangat mengkhawatirkan. Hanya 23.000, padahal batas terendah adalah 150.000, ini sangat bahaya. Apalagi ada pendarahan. Sebaiknya dirawat, karena harus diinfus. “
“ Britney mau pulang Mah…mau pulang ke Bandung dan dirawat di Bandung saja. “
“ Bandung ?! Sebaiknya jangan bu, anak ibu kondisinya membahayakan, dia bisa kollaps di jalan “
“ Bahaya ? Saya masih bisa jalan Dok, saya masih bisa menjawab pertanyaan Dokter, saya tidak merasa apa-apa, hanya bercak merah ini dan heavy period. Mah…Britney mau pulang ke Bandung saja, dirawat di Bandung saja Mah… “
Mamah tidak menjawab karena tidak setuju dengan permintaanku. Tapi aku memaksa dengan alasan Surya.
“ Ok…kamu boleh pulang, tapi pihak Rumah Sakit tidak bertanggung jawab atas keselamatanmu. “
Aku mengangguk setuju lalu menandatangani surat pernyataan, yang isinya bahwa pihak Rumah Sakit tidak bertanggungjawab atas akibat yang akan timbul karena pasien menolak pengobatan dan perawatan serta pasien memaksa untuk pulang.
“ Kami antar dengan ambulance “
“ Tidak usah Dok ! Saya masih kuat “
Akhirnya setelah memaksa, aku dan Mamah pulang, setibanya di rumah, Kiko yang tidak ikut mengantarku ke Rumah Sakit menyambutku dengan senyum, dia tidak menduga hasilku separah ini.
“ Udangnya gede-gede. Sudah aku suruh bersihkan tuh… Gimana hasil Labnya ? “
“ Kiko… kata Dokter aku bisa kritis, kritis bagaimana ya Ko ? Aku tidak pingsan, tidak kesakitan… “
Lalu kusodorkan hasil laboratorium dan copy surat pernyataanku, dia mulai melotot dan mengeryitkan dahi.
“ Kamu nekat Ney…! Kamu betul-betul…ach !!! Kamu musti dirawat disini !! Ayo…kita ke Rumah Sakit lagi sekarang !! “
“ Ko… aku masih kuat sampai Bandung, please… kasian Surya dong Ko… please… Aku janji langsung di rawat di Rumah Sakit, langsung… kita langsung ke Rumah Sakit di Bandung “
Walau dia juga tidak setuju tapi dia ingat Surya.
“ Ayo … kita pulang sekarang, Surya jangan dikasih tahu dulu, kasian dia “
Kiko membereskan semua barang-barang dan baju-baju tanpa melipatnya, memaksanya masuk dalam travel bag. Aku berusaha membantu.
“ Kamu diam ! Duduk ! Jangan banyak bergerak…please deh Ney “
Aku duduk dan diam mematuhi perintahnya, raut mukanya sangat cemas dan ketakutan, belum pernah selama aku mengenalnya aku lihat wajah yang aneh itu. Setelah pamitan kami langsung pulang ke Bandung, masih lewat Puncak karena Tol Cipularang belum ada. Betul saja !!! Sepanjang jalan kondisiku semakin parah, pendarahanku makin deras dan aku merasa seperti mau pingsan, berkali-kali aku hampir hilang, tapi aku ingat serial Emergency Room, jika pasien sedang pendarahan selalu diajak bicara stay awake, stay with me, do you hear me ? karena jika sampai pingsan maka akan koma. Aku berusaha terus terjaga, entah serial yang aku tonton itu benar atau tidak…I have to stay awake ! Itu dalam pikiranku. Kiko memacu mobil sangat kencang, lampu hazard selalu dia nyalakan sambil terus membunyikan klason dan berteriak
“ Urgent ! Urgent ! “
Perjalanan Tanggerang Bandung terasa lama, tapi akhirnya kami sampai juga di Bandung, langsung ke Rumah Sakit, belum pernah aku bahagia melihat Rumah Sakit sebahagia aku saat itu.
“ Aku selamat “
Rumah Sakit seperti Istana bagiku saat itu.
“ Stop Ko…di UGD…aku turun disini “
“ Ney…! “
Aku keburu turun dan berjalan sendiri memasuki UGD, aku menyerahkan surat-surat dari Rumah Sakit di Tanggerang.
“ Mana Pasiennya “
Dokter bertanya dan menyuruh suster membawa kursi roda.
“ Pasien serius Sus, dari Tanggerang, namanya Britney “
“ Aku Pasiennya, aku Britney “
“ Haahh…?!!! Kamu…?!!! “
“ Kamu masih bisa jalan ? Bisa bicara ? Kamu dapat kekuatan darimana ? Cepat naik ke tempat tidur, kamu dengan siapa ? Mana yang mengantarmu ? “
“ Suamiku Dok, dia sedang memarkirkan mobil “
Suster membantuku naik ke tempat tidur, mengukur tensiku, lalu mencari nadiku untuk menusukan jarum infus, aku langsung di infus, sekali lagi aku bahagia ketika jarum itu menusuk tanganku dan masuk kedalam nadiku, kunikmati setiap tetes yang masuk ke aliran darahku.
“ Aku selamat “
Sebelum cairan infus masuk, darahku diambil lagi untuk diperiksa lagi. Tidak lama hasilnya ada.
“ Britney…kamu beruntung, belum ada yang seberuntung kamu, sekarang trombositmu tinggal 15.000, kamu beruntung, tidak tahukah kamu bahwa dengan kondisi trombosit yang demikian dan pendarahan kamu bisa koma, dan jika kamu koma, kami pasti kesulitan untuk membangunkanmu “
“ Niney… “
Kiko baru saja masuk ke UGD.
“ Bagaimana Dok? Istri saya memaksa untuk pulang, padahal kondisinya parah “
“ Memang parah, dan ini suatu keberuntungan, dia bisa pingsan setiap saat, dan jika ini terjadi…kami akan sangat kesulitan, bisa koma, kita sudah memberi pertolongan pertama, gejala seperti demam berdarah, tapi tidak ada virus dbd atau typhus, mungkin ITP atau SLE, tapi saya tidak yakin karena belum ada hasil lab pendukung, kita lihat besok, sepertinya saya akan rujuk ke dokter internis, ahli darah, sekarang biar istri anda istirahat. Sudah dapat kamar ? “
“ Belum. Saya daftar dulu, terima kasih Dok “
Agak lama aku menunggu di UGD, sampai akhirnya Kiko kembali.
“ Kita pindah ke kamar “
Suster mendorong tempat tidurku melewati koridor dan menaiki lift, lantai 4, setelah melewati koridor lagi akhirnya sampai di kamar.
Aku mulai menangis, aku tahu kondisiku parah, tapi aku tidak sadar seserius ini.
“ Kiko…maafin aku… “
Aku terus menangis.
“ Ney…sadar nggak kamu sudah membuatku ketakutan ? Aku marah sama kamu yang bandel tidak mau dirawat di Tanggerang, tapi jujur aku juga tidak menduga kondisi kamu seserius ini, sudah jangan menangis lagi sayang…tidur ya “
“ Kiko…aku ngantuk tapi aku takut tidur, aku takut tidak bangun lagi… “
“ Jangan ngomong yang enggak-enggak ! “
“ Aku takut koma…aku tidak akan koma kan Ko ? “
“ Tidak Ney…Dokter sudah memberi pertolongan pertama, infus ini…entah apa yang ada dalam cairannya, tapi ini yang akan membuatmu tidak koma…kamu yakin ? Tadi kan Dokter sendiri yang bilang kamu untuk istirahat “
“ Istirahat kan Ko…bukan tidur “
“ Ney…kamu pengen aku tanya lagi ke Dokter ? “
Aku mengangguk. Lalu Kiko menelephone suster untuk menyambungkan ke extention dokter jaga di UGD.
“ Kamu mau bicara langsung ? “
Aku menggeleng.
“ Kamu saja “
Aku mendengar pembicaraan Kiko, dan benar…dokter menyuruhku tidur, aku baru yakin jika aku tidur aku akan bangun esok pagi. Aku selamat. Terima kasih ya Allah…aku selamat. Dan Aku tertidur sebelum melihat Kiko tidur, tidur yang lelap dan nikmat, mimpipun menjemputku dengan senyum yang ramah…membawaku melayang ke alam diluar dunia…ada bintang…ada komet halley.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar