AMNESIA
“ Kiko……!!!!! “
Aku berteriak histeris ! Aku terus histeris sampai-sampai seluruh orang di luar ATM memandangku panik.
“ Kenapa De ? “
Seorang ibu menyapaku dengan cemas.
“ Kartunya tertelan ? “
Aku menggeleng sambil mengusap air mataku, dan terus mencari suamiku.
“ Pasti Ade terkena modus hipnotis ya ? “
Ibu tadi menanyaiku lagi penuh tanda keingintahuan.
“ Itu sering terjadi akhir-akhir ini, sebaiknya Ade lapor Polisi “
“ Terima kasih Bu, maaf….. “
Aku berlalu dengan tergesa-gesa sambil terus menangis Kiko…Kiko…dimana kamu ? Kamu tadi parkir dimana ?
“ Kiko…….!!!!! “
Aku berteriak lagi, aku lupa dimana tadi aku dan Kiko parkir, tadi Kiko menunggu di mobil dan tidak menemani aku ke ATM, oya oya !!! HP ! HP ! aku telephone saja dia.
“ NOMOR BERAPA ??!! “
Haaaaa…aku panik…aku panik…nomor HP Kiko berapa ? phone book ! phone book ! Haahh !!!! Tidak ada Kiko !!! Tapi tiba-tiba HP ku berdering.
“ Niney…koq lama say… “
“ Kikoooo…. “
Aku menangis…aku terus menangis…sampai dadaku sesak !
“ Sayang sayang, kamu dimana ? “
Aku terus menangis dan tidak bisa menjawab
“ Sayang…sayang…Niney…tadi kamu ke ATM kan ? Sekarang kamu bisa balik lagi ke ATM kan ? “
“ ….ya Kiko…. “
“ Ok…kamu balik lagi ke ATM dan tunggu aku di ATM, aku jalan kesana sekarang, kamu juga, kamu sudah jalan Ney ? “
“ ….sudah…. “
“ Ok…tarik nafas Ney…kamu bisa tenangkan sayang ? OK…OK…aku lihat kamu, diam disitu ! “
“ Kikoooo… “
Aku mengangis sejadi-jadinya, Kiko memapahku menuju tempat dimana mobil kami diparkir. Kiko membukakan pintu…aku masuk dan duduk, Kiko mencium pipiku lalu menutup pintu mobil. Suasana masih hening sampai di perempatan jalan ketika mobil kami harus berhenti karena lampu merah.
“ Kamu sudah tenang Ney ? “
Tadinya belum tapi sekarang sudah, suaramu itu sebenarnya yang membuat aku tenang.
“ Aku lupa nomor pin ATM ku…dan aku lupa dimana kamu parkir, aku juga lupa nomor HP kamu Ko…aku gak ngerti kenapa tiba-tiba aku lupa, sekarangpun aku masih lupa, aku tidak ingat, aku berusaha mengingat-ingat tapi aku teuteup lupa !”
“ Hey…udah atuh… “
Logat sundanya yang kental membuat aku tersenyum.
“ Ney… “
“ Mau Pecel Lele ? “
Aku tersenyum lagi
“ Mau… “
Pecel Lele adalah makanan favoritku, selera makanku yang sedang seburuk apapun akan membaik jika ditawari Pecel Lele. Malam itu aku makan 2 Pecel Lele, nasi setengah porsi dan soto ayam setengah porsi, untuk minumnya si Ibu Lele menyediakan teh manis panas dengan sepotong kecil daun pandan di dalamnya. Pecel Lele buatan ibu Lele langganan kami paling TOP, begitu nikmat aku menyantap leleku sampai-sampai aku lupa kalau tadi aku habis menangis histeris. Kiko menatapku.
“ Kiko…makan dong…mumpung masih panas, kalau sudah dingin kurang enak, nggak garing “
“ Hum…nggak masalah, sekarang yang paling nikmat buatku adalah melihat Niney makan, enak ya ? “
“ Enak banget, bungkus juga ya, siapa tahu Niney lapar tengah malam “
“ Katanya kalau dingin nggak enak, nggak garing… “
“ Ya…digoreng lagi sebentar pas aku mau makan “
“ Siapa yang mau gorengin tengah malam begitu, kamu tega bangunin mba Ikeum hanya untuk gorengin lele doang ? “
“ Yaa…aku goreng sendirilah “
“ Hahaha…Niney Niney…what ever you want hon…… “
Lalu Kiko mulai menyantap lelenya dengan lahap.
Kita sampai di rumah sekitar jam 08.00 malam, dan aku baru sadar…
“ Kiko ! Akukan Belum ambil uang di ATM “
“ Memang belum…Tadi kamu menanggis histeris begitu, bagaimana mau ambil uang ? Untuk apa sih Ney ? “
“ Untuk bayar hutang, cicilan terakhir “
“ Cicilan apa lagi ? Tas yaa ? Hm……mau berapa banyak lagi kamu mengkoleksi tas ? Sudah bertumpuk begitu, lagian kalau aku lihat yang kamu pakai hanya beberapa, malah yang ini nih…yang talinya sudah mau putus masih kamu pakai, yang baru-baru kamu tumpuk begitu saja. “
“ Yang ini lain Ko…yang baru-baru nggak ada nyawanya, tapi yang ini beda. “
“ Nyawa ? Apa sih Ney ? Kamu aneh, tas koq bernyawa segala ? “
Aku tersenyum lalu menghempaskan tubuhku ke atas kasur.
“ Kiko…tas ini bisa bercerita banyak, dalam tas ini aku menyimpan surat cinta pertama dari kamu, dalam tas ini aku menyembunyikan kartu valentine untuk kamu yang aku beli sebulan sebelum 14 Februari, dalam tas ini aku menyimpan sapu tangan yang basah karena air mata saat kamu nyebelin, dalam tas ini aku menyimpan buku harianku, karena dalam tas ini ada laci rahasia “
“ Hah ? Laci ? Mana ? “
Kiko merebut tasku, lalu aku berlari mengejarnya dan merebutnya kembali.
“ Gak boleh ! Every woman has her own secret, that’s my privacy and you have to respect that “
“ Hahaha……okey okey……but……can I just have a look my first letter that I wrote for you ? Please hon…please…? “
Aku menganguk dan membuka tasku, laci rahasia…ini dia…tapi surat itu tidak ada ? Tidak ada……
“ Kikooo…tidak ada…kemana ? “
Kiko menangkap raut mukaku yang mulai sedih.
“ Mungkin sudah kamu pindahkan ke meja tulis atau lemari, disanapun kamu punya banyak laci rahasia “
Aku mulai berkaca-kaca, kenapa begitu banyak yang aku tidak ingat ? nomor pin ATM ku juga aku tidak ingat, surat cintaku juga aku lupa kusimpan dimana. Kemarin aku bertemu seseorang, wajahnya aku kenal betul tapi namanya aku lupa, dan setelah dia mengingatkanku, dia tetanggaku !! It’s ridiculous !!
“ Ney… “
Kiko merangkul dan memelukku
“ Prednisolone membuatmu menjadi pelupa, atau membuatmu susah untuk mengingat sesuatu, Niney ingatkankan apa kata Dokter ? Tapi itu semua hanya sementara, Temporary Amnesia, setelah dosisnya diturunkan bahkan berhenti, Niney akan ingat apapun juga…… Ingat Ney…Kiko ada disini, bantu Niney untuk remind everything, Ney…kamu tahukan aku orang yang paling sabar di seluruh dunia ? “
Kiko menggandeng tanganku dan mengajakku duduk di teras belakang, di depan kandang kucing-kucing kesayangannya.
“ Kamu lihat Smokey deh, ingat dan kamu harus ingat, waktu kita bawa Smokey ke rumah kita, dia dalam keadaan parah dan sekarat, bulunya rontok karena kulitnya terserang jamur, badannya bauuu sekali, seperti bau bangkai, kotorannyapun sudah bercampur darah, he’s dying at that time, tapi Ney keyakinan kamu kuat banget bahwa Smokey akan tetap hidup, kamu rawat dia dengan tangan kamu sendiri walau ada Topah yang bantuin, tapi kamu tidak segan menyentuhnya, sampai-sampai kamu juga terinfeksi jamur Smokey, tuuuh masih berbekas, kamu yakin Smokey juga ingin hidup, kamu nggak peduli mamie marah-marah, Britney !!! Kucing buduk kamu pelihara hah ?!! Lihat Smokey sekarang, kucing hitam yang gagah, bulunyapun panjang dan lebat “
Aku memanggilnya dan kucing itu menatapku dengan mata kuningnya.
“ Smokey…aku jadi pelupa gara gara obat konyol ini, hari ini aku lupa nomor pin ATM ku “
“ Say…kamu ingat tanggal pernikahan kita ? “
“ On Valentine’s Day “
“ Itu nomor pin ATM kamu “
Aku agak jengkel, mau marah rasanya, tapi yah…aku yakin ini hanya sesaat seyakin Smokey akan hidup, lebih dari itu ada Kiko disampingku. Kiko mengajakku ke dalam, ke ruang lain, ada meja tulis zaman dulu, itu meja tulisku ! Ada banyak laci, yang aku sebut laci rahasia, ruang … ah … ini ruang belajarku, aku lupa !!! Kemana saja aku selama ini !!?? Aku tahu ada ruang ini, tapi aku pikir ini kamar tidur biasa, bukan ruang belajarku.
“ Ney…mejamu berantakan, sudah lebih dari dua bulan kamu tidak duduk disini, kamu terlalu memusingkan Lupusmu, biasanya kamu duduk dan menulis atau menggambar disini, kadang-kadang aku perhatikan kamu hanya mengobrak-abrik isinya lalu mengubah susunannya, tapi sepertinya kamu sangat menikmati kegiatan itu, mengobrak abrik lalu merapikan, mengobrak abrik lagi lalu merapikan lagi, sama seperti kamu mendorong meja meletakkannya di sudut lalu lusa kamu mendorongnya ke sisi yang lain, sekarang mungkin kamu harus merapikan mejamu karena ketika kamu mengobrak abriknya kamu tidak sempat merapikannya lagi karena kamu jatuh pingsan “
“ Masa iya Ko ? Aku begitu ? “
“ Iya… kamu jatuh pingsan disini diruangan ini, setelah itu kamu lebih banyak istirahat di kamar sambil nonton DVD, bulan lalu kita ke Singapore 2 minggu, jadi pasti kamu tidak sempat merapikan mejamu ini, Ney … kalau kamu membiarkan laci-laci rahasiamu terbuka, maka kamu tidak punya rahasia lagi dan kamu tidak punya privacy lagi. Aku membiarkannya berantakan karena aku tidak mau menginjak batas privacy kamu Ney “
Aku memeluknya erat, mencium dadanya, dan menyandarkan kepalaku di dadanya.
“ Thank U Kiko…thank u so much…now…I’m gonna finish my work…sambil mencari surat cinta yang pertama dari kamu “
Ternyata di ruang belajarku ini ada alat-alat lukis, ada easle, cat minyak … ada pencil warna. Laci-laci itu masih terbuka … lalu aku keluarkan seluruh isinya, sesekali aku bertanya dalam hati, apa betul Kiko tidak menyentuh mejaku ? Wek !…lupakan ! daripada aku berasumsi lebih baik aku percaya dengan apa yang Kiko katakan.
“ Aku tidak menyentuhnya ! “ Bisik Kiko mengagetkan, sepertinya dia membaca pikiranku, apa iya ? Ah…lupakan. Aku mulai sibuk dengan pekerjaanku, melap laci-laci rahasiaku dan mulai melihat kertas-kertas, gambar-gambar, foto-foto, buku-buku, stationery koleksiku yang berhamburan di lantai. Kiko meninggalkanku sendirian, duduk di ruang keluarga menonton TV sambil sesekali menoleh ke arahku, entah apa yang ditontonnya. Tiba-tiba aku teringat anakku Surya, kemana ya dia ?
“ Kiko…Surya kemana ? “
“ Nginep di rumah Nenek, sudah dua hari, katanya kelasnya dipakai ujian kelas 3 “
“ Oh…… “
Aku kembali merapikan mejaku, ada foto favoriteku, foto ketika aku memandikan Surya saat dia masih bayi, dia lucu sekali, selalu tertawa terbahak-bahak jika aku masukan dia kedalam bak mandi bayi, kakinya terus menendang-nendang, main air, setelah diangkat, dia menangis sangat kencang…dia marah ! Foto itu biasanya aku tempel di kotak tempat aku menyimpan alat-alat tulis, tapi aku tidak tahu kenapa sekarang tidak pada tempatnya, aku masih bingung, apa yang aku lakukan sebelum aku pingsan ? Ah sudahlah bukankah tadi kata Kiko kebiasaanku mengobrak abrik untuk merapikan ? Kuambil kotak alat-alat tulisku lalu kutempel foto Suryaku di tempat asalnya. Ah…ini buku harianku, masih terbungkus rapih, memang aku yang membungkus buku harianku, maksudnya…jaga-jaga, barang siapa yang membuka bungkusannya berarti ada niat untuk membacanya, tapi apa sih yang ada dalam buku harianku sampai-sampai segitunya ? Ah…nanti saja, sekarang aku harus merapikan mejaku, menyembunyikan buku harianku di laci rahasia, Kiko tidak pernah tahu di dalam laci rahasiaku ada sekat, yang aku design sendiri dan aku buat sendiri, hum…aku masih bingung mengapa aku melakukannya, apa yang aku rahasiakan ? Tidak ada yang aku sembunyikan darinya, tapi puas saja jika ada satu bagian dariku yang tidak tersentuh. Rasa puas jika aku punya ruang rahasia, walau aku tidak punya rahasia. Aku masih menyimpan buku-buku harianku ketika aku masih SMP, dan aku membiarkan Kiko membacanya, ya…aku membiarkan dia membacanya, juga buku harianku sewaktu SMA, Kuliah, tapi tidak yang ini. Apa betul aku tidak menyembunyikan sesuatu dari Kiko ? Ah ! ada yang lebih penting yang aku cari surat cintaku. Aku sembunyikan diary terbungkusku, yah…aman…kututup sekatnya lalu kutaruh guntingan gambar-gambar yang ku ambil dari majalah, kalender atau tabloid. Tiba-tiba aku merasa pusing dan darah segar megalir dari hidungku, gusikupun berdarah…Kikoo…aku memanggilnya lirih sebelum aku merasa dingin dan gelap. Zzzzaaappp……
“ Britney … “
Aku mendengar bisikan
“ Guardian Angel “
Apa aku bermimpi ? Aku merasa berada di ruangan seperti waktu itu. Aku seperti dalam satu aula besar, putih, bersih tanpa jendela, ada dua…..tiga…..ah…..lebih dari lima pintu terbuka. Hening. Aku merasa kau datang lagi.
“ Britney … “
My Guardian Angel, suaranya berat tapi dengan intonasi yang lembut dan tenang .
“ Angel, I’m not dying am I ? “
“ No my dear…you are just too tired, you are thinking too much, you force yourself too hard, let it flow my dear “
“ But I found myself not me anymore, I feel I’m hiding something from Kiko “
“ Do you ? “
“ I’m not sure, I’m so confuse, I can’t remember a lot of thing “
“ Just take one at the time, no need to hurry “
ZZZzzzzzaaaappp……
“ Ney…ney… oh GOD ! Ney….! “
Aku mendengar Kiko menangis, aku tersadar dalam pelukannya…
“ Oh…Ney….aku takut sekali ! Ney sayang…kamu mimisan dan gusimu berdarah…mukamu pucat seperti mayat, kita ke rumah sakit ya, ayo kamu kuat bangun ? “
“ Pusing banget Ko…, tapi aku gak apa apa, aku ingat Ko…waktu aku pingsan ketika mejaku ini berantakan, aku mimisan dulukan ? dan gusiku juga berdarahkan ? Aku tahu sekarang, ada sebabnya Ko… “
“ Oya ? Kalau begitu kamu bisa mengatasinyakan ? Betul !? “
“ Iya… “
Tidak lama mba Ikeum sudah membawakan teh manis hangat, dan Topah membawa handuk kecil dan baskom berisi air hangat.
“ Makasih mba Ikeum, Topah, …kalian boleh tidur lagi “
Kiko membasuh mukaku, merengkuh air di telapak tangannya menyuruhku berkumur, lalu melap mukaku dengan handuk kecil.
“ Minum yaa… “
Seteguk air the manis hangat aku minum, terasa hangat di kerongkonganku, seteguk lagi kuminum lalu aku menarik nafas panjang…so relieve…
“ Ganti baju yaa…”
“ Masih berantakan Ko…”
“ Besok kamu teruskan “
“ Ko…dibalik laci itu ada sekat “
“ Hah…? Kapan kamu bikin sekatnya ? “
“ Buka deh…didalamnya ada bungkusan… “
Kiko membuka sekat laci rahasiaku, dia menemukan bungkusan itu, lalu menyerahkannya padaku.
“ Kamu yang buka… “
“ Kamu yakin Ney…? “
Aku mengangguk…lalu Kiko mulai membuka bungkusan itu.
“ Diary… “
“ Baca Ko… “
26 July 2002
Amnesia ini menggangguku, begitu banyak kenangan indah bersamamu yang aku tidak ingat, diaryku sebelum ini yang mengingatkanku betapa Kikoku adalah suami yang luar biasa, foto-foto yang merajut hatiku selalu bersamamu, surat-surat cintamu yang meyakinkanku, begitu indah hariku bersamamu, aku tidak mau kehilanganmu, aku tidak mau kehilanganmu…
27 July 2003
Aku tidak mau kehilanganmu…
28 July 2003
Aku tidak mau kehilanganmu…
29 July 2003
Aku tidak mau kehilanganmu…
30 July 2003
Aku tidak mau kehilanganmu…
“ Lembar pertama tanggal 26 July 2003, setelah 26 July isinya sama Ney…setiap hari kamu cuma menulis ini ? “
Kiko terus membuka halaman demi halaman, sesekali dia tersenyum, lalu menutup buku harianku.
“ Lebih dari setahun kamu hanya menulis aku tidak mau kehilanganmu “
“ Aku betul-betul tidak mau kehilanganmu Ko…setiap hari aku memaksa pikiranku untuk mengingat kenangan indah, karena kadang-kadang aku lupa, disetiap laci rahasiaku aku simpan setiap kenangan manis bersamamu Ko, ada potongan tiket bioskop, ada foto, ada struk belanja, ada kancing bajumu, ada puntung rokokmu, ada…ada… “
Tak kuasa aku menahan tangis yang berderai begitu kencang…aku betul-betul tidak mau kehilanganmu Kiko…
“ Kamu buka tanggal 9 November 2003…lihat… ”
Aku meminta Kiko memperhatikan tulisanku.
“ Kamu menulisnya dengan huruf besar dan tebal, dan kamu tebalkan tulisanmu, sepertinya berkali-kali… “
Aku Tidak Mau Kehilanganmu
“ Itu sehari sebelum aku menjalani operasi Spleenextomy, aku takut, betul-betul takut jika setelah operasi aku tidak bangun lagi… aku tidak mau tanpa kamu di sana… “
Diantara selipan diaryku ada surat cinta Kiko yang kucari dan surat-surat dari Kiko yang kedua…yang ketiga…
5 Desember 1998
Sanggupkah Katakan ?
Mampukah Ungkapkan ?
Segala Rasa dihati
Katakan Ku Cinta
Ucapkan Ku Sayang
Ungkapkan semua rasa yang ada dan terasa di dalam sudut hatimu
Bulan Bintang dan Malam
Menunggu kau ungkapkan Cintamu
Bulan Bintang dan Malam
Menanti kau ungkapkan segalanya
Tak usah katakan
Tak usah ungkapkan
Semua tak perlu lagi
Matamu katakan
Senyummu ungkapkan
Seluruh Cintamu, Cintaku bertaut tanpa kata di dalam hati
Bulan Bintang dan Malam
Jadi saksi cinta kita kini
Bulan Bintang dan Malam
Saksi cinta kita tanpa kata
Itu surat cinta yang pertama surat cinta yang aku juduli Bulan Bintag dan Malam surat cinta yang selalu aku bawa dalam tasku yang punya laci rahasia, laci rahasia yang aku buat sendiri dengan merobek sedikit lapisan dalamnya. Tas yang kata Kiko sudah urdu.
Ternyata efek Steroid bertambah satu untukku bukan hanya :
1. Moon Face, muka bisa bulaaaat……bulaaaat seperti bulan purnama,
2. Kelebihan berat badan, padahal kelebihan itu adalah cairan tubuh yang terperangkap di badan,
3. Gangguan emosi, depresi dan stress,
4. Tekanan darah tinggi,
5. Gangguan pencernaan,
Tapi juga :
Amnesia.
Semakin aku mengingat-ingat apa yang aku tidak ingat semakin lupa, untungnya aku orang yang senang menulis buku harian, menyimpan apapun yang akan menjadi memori sehingga aku mudah untuk mengingat-ingat kembali hal-hal penting yang pernah terjadi dalam hidupku, mengingat kenangan manis dengan membacanya berulang ulang.
“ Ko…jika aku memaksa untuk berfikir tentang sesuatu, kepalaku langsung pusing lalu aku mimisan dan gusiku berdarah, setelah itu badanku terasa dingin dan pandanganku menjadi gelap, lalu aku tidak ingat apa-apa, sepertinya aku tidak boleh memaksakan otakku untuk berfikir “
“ Kalau kamu sudah tahu, kamu harus hindari berfikir yang berat-berat. “
“ Tapi ketakutan kehilanganmu adalah pikiranku yang paling berat, tidak menceritakannya padamu menambah berat hari-hariku. “
Kiko hanya tersenyum. Kini Kiko tahu betapa aku tidak mau kehilangan dirinya walau aku takut mengungkapkannya, entah karena sebab yang aku tahu atau tidak tapi yang jelas aku gengsi untuk mengakuinya sehingga aku sembunyikan dalam laci rahasiaku. Aku sadar, tidak perlu gengsi untuk mengatakan apa yang kita rasakan terutama kepada seseorang yang sangat berharga dan pantas untuk mendapatkannya. Kiko mengajakku ke kamar.
“ Kamu sebaiknya tidur “
Aku merebahkan tubuhku yang lemah diatas ranjang, Kiko menyelimutiku dengan selimut tipisku, mengecup keningku. Lalu diapun merebahkan tubuhnya disampingku, dia tidak memelukku…tapi dia mendekap diaryku di dadanya…
” I will never ever let you go, you are the sweetest thing I’ve ever have…have a nice dream my love…”
Akupun terlelap dalam tidur yang membawaku kembali dalam kenangan indah saat Kiko menjawab “ Saya terima nikah…dengan mas kawin… “.
Keesokan harinya setelah sekian lama aku cuti, aku mengambil keputusan untuk resign dari pekerjaanku yang menuntut banyak pemikiran dan jam kerja yang panjang, apalagi amnesiaku ini mengganggu kredibilitasku. Aku harus pensiun dini, walau aku sendiri belum yakin apa aku bisa hanya diam di rumah menunggu Kiko pulang kerja ? Tapi ada yang harus aku korbankan jika aku ingin tetap hidup, aku harus mengorbankan karierku jika hidup adalah pilihanku… keputusan sudah diambil dan aku harus bertanggungjawab dengan keputusan itu.