Minggu, 12 Agustus 2012

Sebuah Kepastian

Sebuah Kepastian (Veena Devi Mutiram, sang Dewi Sitar)

Tersandung, terjatuh, terjerembab, muka kena tanah............. Mengangkat muka......
Merangkak, meraih, berdiri, berjalan tertatih tatih............

Masih tertatih tatih.........
Jalan tertatih tatih..........
Sangat tertatih tatih........
Dengan tertatih tatih mencari bilik harapan

Kaki yang tertatih tatih membawa tubuh masuk dalam-dalam ke dalam bilik harapan
Meletakan tubuh diatas kasur !
Menaruh kepala diatas bantal !
Meluruskan kaki ke ujung ranjang..?
Darah mengalir deras meninggalkanku, menjauh marah, memusuhi dengan murka !
Ada apa dengan kaliaaaannn !!!!!!

Kasur memeluk dan bantal menjamah setiap helai rambut yang sudah bercampur nanah
Lalu tirai bilik harapan berbisik nyaris tak terdengar
''Bukan cerita baru........''
Tiba tiba pekikannya memekakkan telinga kiri dan kanan
''ang berdarah ! Yang bernanah ! Yang buntung ! Yang terburai ! Bahkan yang mati disini...... aku saksinya''
Tirai bilik harapan menarik nafas dulu lalu melemahkan suaranya
''Yang bertahan....yang berjuang.....yang sembuh....bahkan yang menang...aku juga saksinya''

Pintu berderit mengiringi langkah masuk
Jarum tajam dihujam menembus tulang dada
Berderit seperti pintu jarum tajam menusuk tulang
Jarum tajam sangat tajam menghirup sumsum sangat rakus
Secepat itu.....begitu saja....langsung puas
Pintu berderit sekali lagi menghalau langkah keluar
Tubuh menjeritttttttt

Ranjang menegakkan tiangnya satu satu
Selimut melumat habis tubuh pelan pelan
Lemah lunglai pucat pasi merangkul kantuk yang menyeret dalam lelap
Jarum tajam menelan sumsum untuk satu kepastian

Pergi, keluar, menjauh dari bilik harapan
Masih tertatih tatih.......
Sedikit tertatih tatih.......
Esok......
Besok tak tertatih tatih lagi
Tidak tertatih tatih karena sudah pasti
Kepastian agar muka tidak kena tanah
Pasti muka tidak kena tanah.
Tidak kena tanah karena pasti
Sudah pasti...........
Tidak kena tanah.

Published with Blogger-droid v2.0.6