Spleenextomy
Perutku terbelah dua dengan usus yang terburai saat aku melihat pintu-pintu itu terbuka. Dimana aku ? Aku seperti dalam satu aula besar, putih, bersih tanpa jendela, ada dua…..tiga…..ah…..lebih dari lima pintu terbuka. Hening. Apa aku sudah mati ? Mautkah yang mengintip ?
“ Hey…..Are you gonna pick me up ? “
“ Not yet ! You’re gonna be OK…..You’re gonna be just fine dear “
Seseorang menjawab pertanyaanku dengan suara yang agak berat, sepertinya bukan suara lak-laki.
“ Who are you ? “
“ Well…..Hum…..Surprise, I’m your Guardian Angel my dear “
“ Ow…..so you’re just watching me not picking me up right ? “
Aku sedikit lega, huh…..aku tidak akan mati sekarang, aku akan hidup. Suara yang agak berat itu tidak asing di telingaku yang asing adalah kenapa aku bertanya dalam bahasa Inggris ? Aku kan tidak melihatnya, mungkin saja guardian angelku orang Sunda kan ? Tapi iya…..kenapa bahasa Ingris ya ?! Bukankah malaikat dalam pikiranku berbahasa Arab ? Ah sudahlah ! Jangan dipermasalahkan, memang akhir-akhir ini sering aku bermimpi dalam bahasa Inggris, yang jelas terdengar adalah suara seorang perempuan, berat tapi dengan intonasi yang lembut dan tenang…..begitu tenang sehingga aku yakin akan ucapannya, I’m gonna be just fine.
“ Hey…..Are you still with me ? Angel ? Are you still here ? “
“ Yes dear…..” Aduh suara itu rasanya betul-betul tidak asing ! “ Yes I’m with you ’till done.”
“ Angel….Is Heaven really exist up there ? “ Sisi couriousityku mulai mengusik batin dengan ketidaksabarku menunggu jawaban. Kembali suara itu menjawab keingintahuanku.
“ Yes…..and you have to believe it.” Jawaban yang memberikan penekanan seakan Angel tahu aku ragu apa Surga dan Neraka itu ada. Tapi lagi-lagi aku terbuai dengan suara dan intonasinya sehingga aku saat itu juga yakin, there is Heaven up there, kenapa di atas ? And also Hell down here, kenapa juga neraka dibawah ? Darimana aku punya persepsi seperti itu, ah sudahlah…..! Jangan dipermasalahkan dimana letaknya dibawah atau diatas, yang penting sekarang aku percaya Surga dan Neraka itu ada.
“ Do you meet Him ? The God ? Do you ? .….zzzZZZaaaap…..
Ah !!!? Dimana lagi aku sekarang ? Keheningan itu berubah menjadi sedikit berirama dengan suara beep…beep…beep yang keluar dari mesin perekam jantung, aakh !! Ada selang masuk melalui hidungku, botol-botol bergelantungan di tiang infus, tabung oksigen, banyak sekali peralatan di sisiku.
“ Brit…..Brit….” Seseorang membangunkanku. Brit ?
“ Operasinya sudah selesai, tidak ada komplikasi, kondisimu baik sekali. Kamu akan segera dipindahkan ke kamar. Nanti…..jika efek biusnya hilang, kamu jangan kaget dan jangan panik, akan sakit walau saya sudah beri Pain Killer dalam cairan infusnya, sabar ya, besok sakitnya akan berkurang, semua akan baik-baik saja Britney. ”
What ? Britney ? Seperti nama bule saja, well…..efek bius ini membuat aku lupa namaku sendiri, seperti saat aku masih minum Prednisolone 40 mg, aku lupa nama tetanggaku, padahal rumahnya diseberang rumahku.
“ Hay Non…..” Mami…..oh Mamiku yang cantik, indo Belanda dengan mata bulat besar.
“ Sakit Mom…..”
“ Sabar ya Non. “
“ Brit…..” Papi…..ini Papiku yang ganteng campuran China dan India.
“ Sakit Pih…..”
“ Sabar “
Dari tadi hanya sabar…..sabar…..sabar, apa memang sabar adalah esensial dari hidup ini ? Apa sabar sangat penting untuk mendapatkan sesuatu yang kita mau ? Yang kita tuju ? Yang kita harap ? Tapi memang tidak ada cara lain yang harus aku jalani saat ini selain sabar menunggu sakit ini hilang.
“ Niko mana ? ”
“ Siapa ? Ngak jelas, kamu masih dalam pengaruh bius. Veeko ? Ko…..Veeko…..sudah mulai sadar Ko. “
Veeko ? Aduh ! Siapa Veeko ? Heh ! Lagi-lagi aku lupa, jangan-jangan aku jadi amnesia, amit-amit, suamiku namanya Veeko bukan Niko, aku jadi ingin segera melihat wajahnya, jangan-jangan beda dengan apa yang ada dalam pelupuk mataku. Hum…..hay, ah benar kamu yang dalam pelupuk mataku, uh…..you are so handsome. It,s really you. Bintang Veeko Sukmadewanto, dan aku ingat sekarang, Kiko caraku memanggilnya.
“ …..oh Kiko…..bius ini membuatku kacau “
Tapi lho kok Niko ya ? Kenapa jadi ingat rekan sejawatku ? Seorang Pengacara Muda yang nyentrik itu, sebaiknya aku tidak menceritakannya karena jika aku ceritakan tentang dia mungkin butuh dua chapter, banyak hal yang aku kagumi dari dia, terutama cara dia memperlakukan istrinya yang juga seorang odapus (baca : orang dengan lupus) seperti aku. Aku belum pernah bertemu istrinya tapi dari cerita Niko, istrinya itu seorang penyanyi, dan kalau Niko sudah bercerita tentang istrinya bukan dua chapter lagi yang dibutuhkan tapi dua bukupun tidak cukup untuk melukiskannya, aku tercengang berkali-kali jika mendengar bagaimana Niko menceritakan istrinya dengan binar cinta yang bergairah, Passion..…so amazing.
Seandainya aku bisa bernyanyi seperti istri Niko atau….. kegemaran lain atau…..keahlian lain atau apapun yang dapat dilakukan di rumah pasti hidupku lebih berarti, tidak seperti hari-hari yang aku lalui sekarang, tanpa arti…..terus bertanya, merenungi nasib, kenapa aku hidup dengan lupus…..why me…..heuuh kedengarannya seperti seorang odapus apatis, begitu putus asa sehingga rasanya begitu dekat, sangat dekat, hanya sebatas sehelai rambut. Tuhan…..jadi untuk apa sebenarnya operasi ini ? Tuhanku, aku hanya menjalankan apa yang harus aku lakukan untuk bertahan hidup, bertahan hidup, dan bukan untukku tapi untuk mereka yang menginginkan aku hidup, mereka yang mencintaiku, dan Tuhan….. apakah yang kulakukan layak untuk disebut sebagai pengorbanan ? Semua masih membingungkan, sebingung saat aku dinyatakan dokter bahwa aku positif SLE (Systemic Lupus Erythematosus), kelompok penyakit autoimmune yaitu penyakit yang disebabkan oleh respon immune yang abnormal sehingga antibody yang seharusnya melindungi tubuh malah menyerang tubuh itu sendiri. Aku ingat betapa aku dan suamiku berdebar menunggu hasil pemeriksaan laboratorium yang akan menentukan aku lupus atau tidak, hari itu aku disodori questioner untuk diisi oleh dr. Herry Fadjari, seorang dokter Haemetolog, aku konsultasi pada dokter ahli darah karena darahkulah yang bermasalah, trombositku selalu rendah. Hanya satu lembar.
Beri tanda X jika gejala-gejala yang tertera dibawah ini
anda rasakan :
[ ] Kelelahan hebat
[ ] Demam tanpa sebab yang pasti
[ ] Nyeri otot (Myalgia)
[ ] Nyeri sendi (Arthralgia)
[ ] Kelainan kulit (Butterfly rash, Photosesnsitifity,
Discoid rash)
[ ] Kelainan Ginjal (Protein uria, Gagal ginjal)
[ ] Kelainan paru-paru (Pneumonia)
[ ] Kelainan jantung (Perikarditis)
[ ] Kelainan system saraf (Kejang)
[ ] Kelaianan darah (Leukopenia, anemia
hemolitik, Trombositopenia)
[ ] Marker serologi (ANA positif / ds-DNA positif)
Dengan hati-hati aku mengisi questioner tersebut, sesekali aku bertanya pada Kiko apakah ia juga melihat gejala yang sama pada diriku. Ada 4 gejala yang kutandai, lalu kuserahkan kembali questioner tersebut pada dr. Herry.
Inilah hasil isianku :
[X] Kelelahan hebat
[ ] Demam tanpa sebab yang pasti
[X] Nyeri otot (Myalgia)
[X] Nyeri sendi (Arthralgia)
[ ] Kelainan kulit (Butterfly rash, Photossnsitifity,
Discoid rash)
[ ] Kelainan Ginjal (Protein uria, Gagal ginjal)
[ ] Kelainan paru-paru (Pneumonia)
[ ] Kelainan jantung (Perikarditis)
[ ] Kelainan system saraf (Kejang)
[X] Kelaianan darah (Leukopenia, Anemia
Hemolitik, Trombositopenia)
[ ] Marker serologi (ANA positif / ds-DNA positif)
Dengan seksama dr. Herry membaca questioner, lalu membuka hasil labku. Dia lama terdiam dengan raut muka yang kecewa.
“ Tidak baik “
Lalu terdiam lagi, dr. Herry memandang kami bergantian dengan senyum yang dipaksakan, sangat dipaksakan.
“ Saya tidak mengharapkan ini, dari questioner yang kamu isi jika ada 4 gejala yang kamu rasakan, maka kamu diduga kuat Lupus, tapi ditambah dengan hasil lab yang menunjukan ANA positif dan ds-DNA positif, maka kamu Definitely Lupus, saya harus menandai kolom terakhir, sehingga menjadi 5 gejala yang ada pada diri kamu, bukan 4 “
Kami keluar ruangan dokter dengan berpegangan tangan, Kiko tampak tenang dan tegar, aku…..aku ?! Aku seperti mayat hidup !!! Berjalan tapi tak tahu arah…..melayang…..belum ada obatnya…..tidak tahu penyebabnya…..belum ada obatnya…..t.i.d.a.k…..t.a.h.u….. b.e.l.u.m…..a.d.a…..o.b.a.t.….zzzZZZaaaap…..
Entah tertidur, atau pingsan, atau pengaruh obat bius dari tadi aku berpikir flashback, sekarang aku sudah berada di kamar rumah sakit, cukup nyaman, ada TV dan ada sofa, sehingga suamiku dapat berbaring sambil menemaniku, aku mulai merasa denyutan yang sakitnya luar biasa di perutku, sangat sakit, aku cuma bisa Istighfar. Yah, aku baru saja menjalani spleenextomy, operasi pengangkatan limpa, harus aku lakukan jika aku ingin hidup.
“ Say…..aku punya hadiah “
Kiko mengeluarkan kotak dari kantong plastik berlogo PiVotCell. O…..ow…..
“ Kamu belikan aku Handphone ! “
“ Surprice…..! Inikan yang Niney mau ? “
Aku mengangguk lemah, Niney adalah nama panggilan yang hanya Kiko boleh menyebutkannya. Aku ingat, sekali waktu adikku pernah memanggilku Niney…..uh…..!!! Kiko marah, marah betul, sehingga membuatku serba salah pada adikku.
“ Hey…..kok bengong ? Susah lho cari yang warna merah, yang merahkan yang Niney mau ? “
Aku mengangguk sekali lagi
“ I love it, thank u. Ko…..mulutku kering…..”
Kiko mengambil kapas lalu membasahinya dengan air minum lalu mengusapkannya ke bibirku, aku belum boleh minum.
“ Sabar ya Ney “
Kiko membetulkan helai-helai rambutku yang berantakan, merapikan selimutku, menariknya sehingga menutupi leherku, menatapku…..
“ Coba tidur lagi Ney “
Lalu dia mengecup keningku.
“ Hah…..badanmu kok panas Ney “
Tampak raut panik di wajahnya. Bolak balik dia menekan bel.
“ Lama amat sih nih suster !!! Pada kemana seeeh ?!! “
Memang agak lama juga suster baru datang, sepertinya rumah sakit kali ini full house, lalu suster mengukur tensiku, normal, suhu badanku memang 39,5°C tapi apa yang menyebabkan aku demam. Setelah suster memeriksa infusku ternyata cairan infus dan obat-obatan yang masuk melalui infus tidak jalan, mudah-mudahan ini penyebabnya, kita coba pindahkan kata suster sembari melepaskan plester dari tanganku. Ternyata untuk memasang infus di tangan sebelah tidak segampang yang aku kira, suster kesulitan mencari nadiku, aku kegemukan katanya, huh kata kegemukan itu paling membuat aku frustasi. Setelah mengkonsumsi steroid bobotku naik 20 kg, waktu hamil Surya, jagoan neonku, aku tidak sebesar ini !!! Aku benci kegemukan !!! Ini semua karena Prednisolone obat golongan corticosteroid. Jenis obat golongan corticosteroid memang mempunyai efek samping yang mengerikan seperti :
o Moon Face, muka bisa bulaaaat……bulaaaat seperti bulan purnama,
o Kelebihan berat badan, padahal kelebihan itu adalah cairan tubuh yang terperangkap di badan,
o Penggunaan yang terlalu lama mengakibatkan Oesteroporosis,
o Gangguan emosi, depresi dan stress,
o Tekanan darah tinggi,
o Gangguan pencernaan,
Mungkin masih banyak efek samping lain yang aku tidak tahu, pengobatan ini lebih menakutkan daripada penyakitnya itu sendiri. Steroid seperti buah simalakama, dimakan efeknya banyak, tidak dimakan lupus akan merengut nyawaku. Sempat aku menolak meminum steroid, tapi lagi-lagi aku melakukan pengobatan demi mereka yang menginginkan aku hidup. Tuhan…..apakah Kau juga menginginkan aku tetap hidup ? Jika memang Engkau menginginkan aku tetap hidup jadikanlah steroid ini obat, bukan hanya sekedar menekan antibodiku yang menyerangku membabi buta.
“ Hey…..kok nangis Ney ? Sakit banget ya ? “
“ Niney sedih ! Sampai kapan aku begini ? Limpaku sudah diangkat….. what next ? Kiko…..Niney lelah…..Niney sudah tidak kuat…..”
“ Shuut…..jangan nangis “
Kiko naik ke atas ranjang yang sempit lalu memelukku sangat erat.
“ Kiko yang akan memberi Niney tenaga, Niney pasti kuat, masa istri Kiko kalah…..lihat Surya, bukannya dia juga yang menjadi alasan Niney untuk tetap kuat, Niney katanya ingin melihat Surya kuliah, kerja, nikah, punya cucu…..Niney jadi nene…..keriput ”
Kiko tertawa lepas…..
“ Kiko sangat ingin, sangat sangat ingin tua bareng Niney “
Kiko tidak melepaskan pelukannya, dan terus menciumi kepalaku, pelukannya begitu kuat membuatku tenang dan merasa aman…..detak jantungnya terasa begitu berirama seperti melantunkan kekuatan cinta yang membawa kita kedalam keabadian. Setiap dengusan nafasnya selalu mengatakan…..bertahanlah sayangku…..bertahan…..grow old with me. Kiko…..I will survive, this time I will do it for myself, because I wanna grow old with you…..
“ Kiko, Niney ngantuk. Peluk Niney terus yaa….”
Kiko membelaiku, lalu mengganti kompresanku dan memelukku lagi.
Aku setengah sadar ketika semuanya menjadi buram, mungkin aliran infusku mulai lancar sehingga pain killer di dalamnya mulai masuk ke tubuhku, aku rasa demamku mulai berkurang, aku semakin mengantuk. Kali ini aku bermimpi, bukan melamun ataupun berhalusinasi, aku bermimpi menari diatas panggung, aku bermimpi menjadi seorang ballerina, menari dengan kostum yang indah seperti seekor merak, tapi bukan merak, aku menjadi kupu-kupu, begitu indah, melompat, berputar, melompat seperti melayang di udara. Teringat saat TK, aku menangis dan merajuk saat pementasan aku jadi bunga dan bukannya kupu-kupu, aku ingin jadi kupu-kupu…..tapi sekarang aku jadi kupu-kupu dalam mimpi dan dalam bangun, karena kupu-kupu adalah icon Lupus, dan itu menempel di hidupku, dan akan selamanya melekat dalam hidupku, hidup yang begitu berharga untuk dipertahankan, kali ini aku sadar, jika aku hanya bertahan untuk orang lain dan bukan untuk diriku maka aku akan menjadi orang yang pamrih, dan merasa ini semua adalah pengorbanan dan menuntut bayaran dari apa yang sudah aku korbankan, tetapi jika aku hidup untuk diriku maka itulah perjuangan yang membuat hidupku tidak sia-sia, yah…..hidupku sangat berarti. :)